DINDA
SAYANG MAMA
Dear
Ayah,….
Ayah,aku mulai menjalani hari-hariku
seperti biasanya. Tapi ayah aku belum bisa menerima apa yang sekarang terjadi
padaku dan keluarga ini bukan hanya mama yang terluka atas perceraian ini, tapi
akupun begitu ayah. Ingin rasanya mengulang masa-masa indah dulu tapi apa daya
Allah mentakdirkan jalan hidup yang berbeda. Kalimat yang ingin aku katakana
padamu ayah. “ayah aku rindu pelukan kasih saying ayah. Aku ingin selalu
bersamamu ayah….”
Tangisan Dinda semakin menjadi
saat menutup kalimat terakhir dalam buku hariannya.
“Dinda kangen ayah. Dinda ingin
bersama ayah,”sembari mengusap air matanya yang semakin deras mengalir.
Tiba-tiba tangisan Dinda terlihat seketika saat mendengarkan ketukan dari luar
kamarnya.
“Dinda ….buka pintunya nak, ini mama sayang…” suara mama begitu halus
terdengar.
“ya ma, sebentar…,”sembari
mengusapkan air matanya dan cepat-cepat membuka pintu kamarnya.
“sayang kamu kenapa? Habis nangis
ya…? Kok matanya sembab gitu?” Kata mama sambil memelukku. Gak,Dinda gak
nangis!! Sambil memegangi pipinya yang tadinya basahkarena air mata.” Sayang
,mama tahu perasaanmu, memang kamu sangat saying sama ayah tapi mama bisa kok
tetap tegar, saying kejadian yang lalu biarlah berlalu pasti dibalik semua ini
ada hikmah yang tersimpan dan rencana Allah yang lebih indah.”
Seperti
mama ingin juga mengeluarkan air mata mungkin mama terlihat lebih tegar dari
pada aku tapi aku tahu di dalam lubuk hati mama yang paling dalam jauh lebih
mengis daripada aku.” Dalam hatiku berbicara
“Sayang di luar ada tamu ingin
bertemu dengan Dinda.” Kata mama “memangny siapa ma?”. Dinda begitu penasaran.
Karena sebelum tamu itu dating mama begutu repotnya menyiapkan suguhan untuk
tamunya. “Kelihatannya tamu jauh ya ma? Kayaknya Dinda gak prnah liat tamu
itu”. “ya kira-kira begitu! Kata mama sambil berjalan bersamaku menuju ruang
tamu.
***
Di ruang tamu, tiba-tiba saja tamu
itu beranjak dari tempat duduknya dan berlari menghampiriku. Perempuan itu
memeluk erat sekali. Aku sama sekali tidak mengerti maksud semua ini. “sayang,
kamu sudah besar nak!” kata perempuan itu sambil memandangiku, sesekali ia
memelukku lagi aku semakin tidak mengerti apa maksud dari kata-kata itu. Aku
bertanya pada perempuan itu. “ibu siapa ya?.” Dia begitu terheran dengan aku
bertany seperti itu. Tiba-tiba mama mengalihkan pembicaraan lain, aku semakin
terheran-heran dan semakin penasaran, apa maksud semua ini sepertinya ada yang
mama rasiakan tapi entah kenapa aku belum juga mengerti isyarat gerak tubuh
mama yang mengalihkan pembicaraan.
Dua jam telah berlalu seiring dengan
waktu tamu perempuan itu sudah pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB
tapi aku masih larut dengan rasa penasaranku tentang kejadian tadi, aku mencoba
memendamnya. Seperti biasanya waktu makan malam hanya ada aku dan mama di meja
makan karena hanya tinggal kami berdua yang menjafi keluarga.
Setelah makan malam selesai alu
mencoba bertanya lagi pada mama tentang kejadian tadi. “ma, bolehkah Dinda
bertanya?” kata Dinda dengan bahasa tubuhnya . “ya boleh, apa sih Dinda
sayang?” kata mama. “ma apa ada yang disembunyikan dari Dinda?” kata Dinda.
“memang apa sih sayang yang disembunyikan? Sepertinya mama mulai menanggapi prtanyaanku. “ma, Dinda mohon
jangan ada lagi rahasia di keluarga ini, Dinda sekarang hanya punya mama”. Kata
Dina memohon sambil menangis. “Baiklah mama akan ceritakan semuanya dan
sejujur-jujurnya tapi Dinda janji setelah mama ceritakan semua,Dinda tetep
bersama mama dan tetep sayang sama mama janji!” kata mama yang hamper menguluarkan
air matanya. “Dinda janji ma!!”. Kata Dinda. “baiklah mama akan bercerita.
“Dinda sayang sebenarnya anak angkat
mama dan yang tadi itu adalah ibu Dinda ingin menjemput Dinda, ia ingin Dinda
tinggal bersamanya di Jakarta tapi mama mohon jangan ikut ibu yang tadi ya?
Mama sudah gak punya siapa-siapa lagi disini Mama janji Dinda akan mama rawat
dengan baik”. Tangisan mama menjadi dan semakin menjadi.
Seketika,hatiku merasa disampar
petir aku merasa tak berdaya lagi mendengar pernyataan mama yang membuatku
merasa hidup tak berdaya lagi dan aku mencoba menyelami perasaan mama lebih
dalam dan seketika hatiku menjawab “ayo bangkit Dinda, Dinda harus semangat
untuk mama ,Dinda sayang mama kan? Dinda tidak boleh menyerah,mama adalah hidup
Dinda meskipun bukan mama yang melahirkan Dinda tapi mama yang membesarkan
Dinda dari lahir sampai sekarang. Tapi Dinda juga tidak boleh melupakan ibu
yang melahirkan Dinda, Dinda juga harus sama-sama berbakti pada kedua mama
Dinda. Ayo semangat Dinda? Air mata pun mengalir deras di pipiku dan di pipi
mama. Mama memeluk Dinda. “mama sayang Dinda” sambil berteriak. “ Dinda juga
sayang mama, Dinda gak mau kehilangan mama”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar