Selasa, 25 Juni 2013

CERPEN


DINDA SAYANG MAMA

Dear Ayah,….
          Ayah,aku mulai menjalani hari-hariku seperti biasanya. Tapi ayah aku belum bisa menerima apa yang sekarang terjadi padaku dan keluarga ini bukan hanya mama yang terluka atas perceraian ini, tapi akupun begitu ayah. Ingin rasanya mengulang masa-masa indah dulu tapi apa daya Allah mentakdirkan jalan hidup yang berbeda. Kalimat yang ingin aku katakana padamu ayah. “ayah aku rindu pelukan kasih saying ayah. Aku ingin selalu bersamamu ayah….”
          Tangisan Dinda semakin menjadi saat menutup kalimat terakhir dalam buku hariannya.

            “Dinda kangen ayah. Dinda ingin bersama ayah,”sembari mengusap air matanya yang semakin deras mengalir. Tiba-tiba tangisan Dinda terlihat seketika saat mendengarkan ketukan dari luar kamarnya.
              “Dinda ….buka pintunya nak, ini mama sayang…” suara mama begitu halus terdengar.
            “ya ma, sebentar…,”sembari mengusapkan air matanya dan cepat-cepat membuka pintu kamarnya.
            “sayang kamu kenapa? Habis nangis ya…? Kok matanya sembab gitu?” Kata mama sambil memelukku. Gak,Dinda gak nangis!! Sambil memegangi pipinya yang tadinya basahkarena air mata.” Sayang ,mama tahu perasaanmu, memang kamu sangat saying sama ayah tapi mama bisa kok tetap tegar, saying kejadian yang lalu biarlah berlalu pasti dibalik semua ini ada hikmah yang tersimpan dan rencana Allah yang lebih indah.”
Seperti mama ingin juga mengeluarkan air mata mungkin mama terlihat lebih tegar dari pada aku tapi aku tahu di dalam lubuk hati mama yang paling dalam jauh lebih mengis daripada aku.” Dalam hatiku berbicara
            “Sayang di luar ada tamu ingin bertemu dengan Dinda.” Kata mama “memangny siapa ma?”. Dinda begitu penasaran. Karena sebelum tamu itu dating mama begutu repotnya menyiapkan suguhan untuk tamunya. “Kelihatannya tamu jauh ya ma? Kayaknya Dinda gak prnah liat tamu itu”. “ya kira-kira begitu! Kata mama sambil berjalan bersamaku menuju ruang tamu.
***
            Di ruang tamu, tiba-tiba saja tamu itu beranjak dari tempat duduknya dan berlari menghampiriku. Perempuan itu memeluk erat sekali. Aku sama sekali tidak mengerti maksud semua ini. “sayang, kamu sudah besar nak!” kata perempuan itu sambil memandangiku, sesekali ia memelukku lagi aku semakin tidak mengerti apa maksud dari kata-kata itu. Aku bertanya pada perempuan itu. “ibu siapa ya?.” Dia begitu terheran dengan aku bertany seperti itu. Tiba-tiba mama mengalihkan pembicaraan lain, aku semakin terheran-heran dan semakin penasaran, apa maksud semua ini sepertinya ada yang mama rasiakan tapi entah kenapa aku belum juga mengerti isyarat gerak tubuh mama yang mengalihkan pembicaraan.
            Dua jam telah berlalu seiring dengan waktu tamu perempuan itu sudah pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB tapi aku masih larut dengan rasa penasaranku tentang kejadian tadi, aku mencoba memendamnya. Seperti biasanya waktu makan malam hanya ada aku dan mama di meja makan karena hanya tinggal kami berdua yang menjafi keluarga.
            Setelah makan malam selesai alu mencoba bertanya lagi pada mama tentang kejadian tadi. “ma, bolehkah Dinda bertanya?” kata Dinda dengan bahasa tubuhnya . “ya boleh, apa sih Dinda sayang?” kata mama. “ma apa ada yang disembunyikan dari Dinda?” kata Dinda. “memang apa sih sayang yang disembunyikan? Sepertinya mama mulai  menanggapi prtanyaanku. “ma, Dinda mohon jangan ada lagi rahasia di keluarga ini, Dinda sekarang hanya punya mama”. Kata Dina memohon sambil menangis. “Baiklah mama akan ceritakan semuanya dan sejujur-jujurnya tapi Dinda janji setelah mama ceritakan semua,Dinda tetep bersama mama dan tetep sayang sama mama janji!” kata mama yang hamper menguluarkan air matanya. “Dinda janji ma!!”. Kata Dinda. “baiklah mama akan bercerita.
            “Dinda sayang sebenarnya anak angkat mama dan yang tadi itu adalah ibu Dinda ingin menjemput Dinda, ia ingin Dinda tinggal bersamanya di Jakarta tapi mama mohon jangan ikut ibu yang tadi ya? Mama sudah gak punya siapa-siapa lagi disini Mama janji Dinda akan mama rawat dengan baik”. Tangisan mama menjadi dan semakin menjadi.
            Seketika,hatiku merasa disampar petir aku merasa tak berdaya lagi mendengar pernyataan mama yang membuatku merasa hidup tak berdaya lagi dan aku mencoba menyelami perasaan mama lebih dalam dan seketika hatiku menjawab “ayo bangkit Dinda, Dinda harus semangat untuk mama ,Dinda sayang mama kan? Dinda tidak boleh menyerah,mama adalah hidup Dinda meskipun bukan mama yang melahirkan Dinda tapi mama yang membesarkan Dinda dari lahir sampai sekarang. Tapi Dinda juga tidak boleh melupakan ibu yang melahirkan Dinda, Dinda juga harus sama-sama berbakti pada kedua mama Dinda. Ayo semangat Dinda? Air mata pun mengalir deras di pipiku dan di pipi mama. Mama memeluk Dinda. “mama sayang Dinda” sambil berteriak. “ Dinda juga sayang mama, Dinda gak mau kehilangan mama”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar